Kedua : orang yang tiap hari berdakwah, shalat, hapal al-quran, menganjurkan hidup sederhana, tapi dia sendiri kaya-raya, pelit, dan mengobarkan semangat permusuhan.
Ketiga : orang yang tidak shalat, tidak membaca al-quran, tapi suka beramal, tidak korupsi, dan penuh kasih sayang.
1. Habluminallah
Manusia diciptakan oleh Allah untuk
mengabdi kepadaNya. Allah memerintahkan manusia untuk menyembah hanya
kepada Allah, dan beribadah kepadaNya. Ibadah dalam kaitan yang
diperintahkan oleh Allah ada banyak tapi kita hanya bicarakan tentang
Sholat dan membaca Al Qurán berkaitan dgn pernyataan cak Nun di atas.
- Sholat
Sholat adalah salah satu ibadah wajib
yang diperintahkan oleh Allah. Perintah Sholat disebutkan berkali2 di
Al Qur’an mulai dari Surat Al Baqarah ayat 3, 43, 45, 83, 110, 153, 177,
238, 277, Surat Annisa ayat 43, 102, 103, 162, dsb, dan masih banyak
lagi. Begitu pentingnya Sholat sehingga kelak Sholat adalah ibadah
pertama yang diperiksa dalam perhitungan amal di akherat dan menjadi
tolok ukur seluruh amal ibadah lainnya. Bila sholatnya baik maka
seluruh amal ibadahnya baik, begitu juga sebaliknya bila sholatnya jelek
(atau tidak pernah sholat) maka jeleklah seluruh amal lainnya.
Begitu pentingnya sholat maka ia
disebutkan sebagai tiangnya agama, siapa yang mendirikan sholat maka dia
telah menegakkan tiang agama, sebaliknya yang meninggalkan sholat
berarti telah meruntuhkan tiang agama. Itulah sebabnya sholat
diwajibkan bagi seluruh umat muslim dewasa yang berakal tanpa kecuali.
Sesungguhnya sholat juga diperintahkan dan dilakukan oleh umat-umat
terdahulu sebelum umat Muhammad saw. Jadi sebenarnya seluruh umat
manusia mulai dari nabi Adam a.s. diperintahkan untuk sholat sebagai
bentuk penyembahan dan ketundukan (sujud) dari seorang hamba kepada
Tuhannya yaitu Allah swt. Barangsiapa yang enggan melakukan sholat maka
akan mendapatkan siksa yang amat pedih sejak di alam barzah (kubur)
hingga di kehidupan akhirat nanti.
- Membaca Al Qurán
Semua orang tahu bahwa kitab suci umat
Islam adalah Al Qurán. Di dalamnya terdapat hukum, aturan, dan pedoman
dan harus dipatuhi oleh umat Islam. Terdapat juga ilmu pengetahuan dan
sejarah (cerita) bisa dijadikan hikmah bagi umat manusia. Al Qurán
harus dibaca dan dipelajari untuk dilaksanakan dan dijadikan acuan dalam
kehidupan sehari2. Bila umat Islam selalu bersandar kepada Al Qurán
(dan Hadits) maka akan menjadi umat yang kuat. Sebaliknya bila umat
Islam tidak mau membaca dan mempelajari Al Qurán maka mereka tidak
mengerti aturan yang harus dianut sebagai seorang muslim – dengan kata
lain menjadi orang yang bodoh (jahil) yaitu bodoh dalam ilmu agama –
akibatnya bisa diduga, umat Islam akan semakin jauh dari Islam dan
menjadi kaum yang lemah bahkan menuju kepada kehancuran.
.
.
2. Habluminannas
Allah memerintahkan manusia untuk saling
menyayangi dan berbuat baik satu dengan yang lainya. Allah mengatur
masalah hubungan yang baik sesama manusia antara lain tentang :
- mendahulukan kepentingan orang lain (QS 2:177, 59:9),
- berbuat baik adalah merupakan sebaik-baik amalan (QS 3:92, 3:134),
- menyempurnakan takaran dan timbangan, serta tidak merugikan orang lain (QS 7:85, 11:84, 11:85, 17:35, 26:181, dsb) – mengurangi takaran termasuk korupsi kecil2an.
- berinfak atau memberikan sebagian rizki kepada orang lain (QS 2:254, 3:92, 14:31, 32:16, 35:29, 42:38, dsb)
- tolong menolong dan kasih sayang (QS 5:2, 48:29, 24:22, 90:17), dan masih banyak banyak lagi.
Kesimpulannya adalah segala perbuatan
baik kepada sesama manusia, tidak merugikan orang lain, tolong menolong
dan kasih sayang memang diperintahkan oleh Allah kepada manusia, artinya
hubungan baik kepada sesama manusia itu dalam rangka hubungan baik
kepada Allah (dalam rangka melaksanakan perintah Allah). Dengan kata
lain habluminannas dalam rangka habluminallah. Keduanya sejalan dan
tidak untuk dipertentangkan. Orang yang mengabaikan habluminannas
selain mendapatkan murka dari Allah dan konsekuensi di akherat, juga
akan menerima konsekuensi dari sesama manusia lainya yaitu berupa
perlakuan atau sangsi atau hukuman dari aturan/hukum atau norma
masyarakat di mana ia berada.
Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana
bila ada yang melakukan sholat tapi masih juga korupsi, bakhil (pelit),
tidak suka menolong, dsb. Itu karena orang tersebut sholatnya belum
benar. Bisa jadi karena sholatnya karena agar dilihat orang lain
(riya’), atau karena tujuan2 lain selain Allah, atau ia termasuk orang
yang lalai dalam sholatnya sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Ma’un
ayat 4-5: “Maka celakalah bagi orang-orang yang sholat, tetapi lalai
dari sholatnya.” Dalam surat Al Ankabut ayat 29 Allah berfirman:
”Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan
munkar.” Maka bila seseorang Sholatnya baik maka itu akan ter-refleksi
dalam kehidupan sehari-harinya yaitu, tawadhu’, bertindak dan bertingkah
laku baik (diantaranya suka beramal dan kasih sayang terhadap sesama)
dan meninggalkan segala perbuatan buruk (termasuk korupsi, mencuri, dan
sebagainya).
Sebagai seorang tokoh yang katanya “kyai”
(tapi pakai tambahan “mbeling”), jebolan pesantren, pengetahuan luas,
dsb, tentunya Cak Nun tahu tentang hal-hal tersebut di atas, tetapi
mengapa sampai dia menyepelekan sholat dan membaca Al Qurán sungguh
suatu hal yang patut dipertanyakan dan juga sangat disayangkan.
Cara-cara mempertentangkan 2 hal yang
seharusnya sejalan seperti ini juga digunakan oleh kelompok Sekulerisme,
Pluralisme dan Liberalisme (baca : SEPILIS) dalam usahanya menggerogoti
Islam dari dalam. Ciri khas mereka adalah mengaku Islam tetapi paling
depan dalam menjelek-jelekkan dan mencela Islam, serta membuat opini2
dan pemikiran2 yang mendangkalkan akidah.
Apalagi pihak kafirun dan musyrikin yang
sekarang gencar membuat opini yang negatif tentang Islam. Yang sesuai
dengan kaidah Islam (sesuai Al Qurán & Hadits) dianggap tidak baik,
fanatik, ekstrem, kaku, mau menang sendiri, dsb. Sedangkan yang
menyimpang dengan ajaran Islam dianggap baik, boleh, toleran, flexible,
dsb. Sebagai salah satu contoh apabila mendengar kata “jihad” maka
opini masyarakat umum yang terbentuk sekarang adalah berkonotasi negatif
misalnya perang, pengeboman, terorisme, dsb. Padahal makna “jihad”
yang sesungguhnya adalah sangat luhur. Bahkan seorang ibu rumah tangga
yang sedang mengurus rumah tangganya sambil mengasuh anak2nya
sesungguhnya sedang berjihad. Seseorang yang mati saat berjihad disebut
mujahid yang akan mendapatkan kedudukan sangat tinggi bersama
Rasulullah s.a.w. di Surga al Jannah kelak.
Rasulullah memerintahkan kita untuk
melaksanakan perintah dalam Islam dengan sesungguh2nya atau secara
kaffah. Bukan setengah-setengah, yang gampang-gampang atau yg kita
sukai kita lakukan sedangkan yang kita malas kerjakan maka kita
tinggalkan. Padahal segala perintah yang hukumnya fardhu (wajib) –
misalnya sholat – ya harus dikerjakan tidak ada tawar menawar lagi.
Demikian sedikit tanggapan tentang
tulisan Cak Nun dalam tulisannya ”Gusti Allah tidak nDeso”. Sekedar
untuk mengingatkan kita akan usaha2 pendangkalan akidah yg dilakukan
pihak2 tertentu dan juga bahkan pihak-pihak yang menamakan dirinya
”Islam” namun sepak terjangnya malah mengacaukan Islam.
Apabila terdapat kekurangan2 atau
kesalahan2 dalam tulisan di atas, itu semata-mata adalah kelemahan saya
sebagai manusia biasa. Untuk itu dengan segala kerendahan hati saya
mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya. Namun apabila benar
maka kebenaran itu datangnya dari Allah semata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar