Ya Allah, Dzat
Pemilik anugrah, bukan penerima anugrah. Wahai Dzat yang memiliki keagungan dan
kemuliaan. Wahai dzat yang memiliki kekuasaan dan kenikmatan. Tiada Tuhan
selain Engkau: Engkaulah penolong para pengungsi, pelindung para pencari
perlindungan, pemberi keamanan bagi yang ketakutan.
Ya Allah, jika Engkau telah
menulis aku di sisiMu di dalam Ummul Kitab sebagai orang yang celaka atau
terhalang atau tertolak atau sempit rezeki, maka hapuskanlah, wahai Allah,
dengan anugrahMu, dari Ummul Kitab akan celakaku, terhalangku, tertolakku dan
kesempitanku dalam rezeki, dan tetapkanlah aku di sisimu, dalam Ummul Kitab,
sebagai orang yang beruntung, luas rezeki dan memperoleh taufik dalam melakukan
kebajikan. Sunguh Engkau telah berfirman dan firman-Mu pasti benar, di dalam
Kitab Suci-Mu yang telah Engkau turunkan dengan lisan nabi-Mu yang terutus:
“Allah menghapus apa yang dikehendaki dan menetapkan apa yang dikehendakiNya
dan di sisi Allah terdapat Ummul Kitab.”
Wahai Tuhanku, demi keagungan yang
tampak di malam pertengahan bulan Sya’ban nan mulia, saat dipisahkan
(dijelaskan, dirinci) segala urusan yang ditetapkan dan yang dihapuskan,
hapuskanlah dariku bencana, baik yang kuketahui maupun yang tidak kuketahui.
Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi, demi RahmatMu
wahai Tuhan Yang Maha Mengasihi. Semoga Allah melimpahkan solawat dan salam
kepada junjungan kami Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat beliau.
Amin
Malam Nisfu
Sya’ban,Malam mulia yang sering terlupakan
Berhubung hari
ini bertepatan dengan tanggal 15 Sya’ban 1429 H.Berikut saya posting tulisan
dari H Mas Alim Katu (Peserta Program S3 PPs UIN Alauddin) mengenai
keistimewaan dan kemulian Nisfu Sya’ban yang saya kutip dari website tetangga
semoga bisa menjadi pelajaran berharga bagi saya dan menambah pengetahuan bagi
rekan2 yang sempat mampir ke blog ini……
Sejak semula,
Rasulullah Muhammad SAW telah mensinyalir bahwa bulan Sya’ban atau bulan ke-8
dari perhitungan bulan Qamariyah (Hijriah) merupakan bulan yang biasa dilupakan
orang. Maksud Rasulullah, hikmah dan berbagai kemuliaan dan kebajikan yang ada
dalam bulan Sya’ban dilupakan orang. Mengapa dilupakan? Menurut pengakuan
Rasulullah, karena bulan Sya’ban berada di antara dua bulan yang sangat
terkenal keistimewaannya. Kedua bulan dimaksud adalah bulan Rajab dan bulan
Ramadan. Bulan Rajab selalu diingat karena di dalamnya ada peristiwa Isra
Mikraj yang diperingati dan dirayakan sedang bulan Ramadan ditunggui
kedatangannya karena bulan ini adalah bulan yang paling mulia dan istimewa di
antara bulan yang ada.
Lantas apa dan
bagaimana bulan Sya’ban? Keistimewaan dan kemuliaan bulan Sya’ban terletak pada
pertengahannya, sehingga disebut dengan Nisfu Sya’ban. Nisfu artinya setengah
atau seperdua, dan Sya’ban sebagaimana disebut pada awal tulisan ini, adalah
bulan kedelapan dari tahun Hijrah. Nisfu Sya’ban secara harfiyah berarti hari
atau malam pertengahan bulan Sya’ban atau tanggal 15 Sya’ban. Kata Sya’ban
sendiri adalah istilah bahasa Arab yang berasal dari kata syi’ab yang artinya
jalan di atas gunung.
Menurut relung
Ensiklopedia Panjimas, bulan kedelapan dari tahun Hijriah itu dinamakan dengan
Sya’ban karena pada bulan itu ditemukan banyak jalan untuk mencapai kebaikan.
Malam Nisfu Sya’ban dimuliakan oleh sebagian kaum muslimin karena pada malam
itu diyakini dua malaikat pencatat amalan keseharian manusia; Raqib dan Atib,
menyerahkan catatan amalan manusia Allah SWT, dan pada malam itu pula
catatan-catatan itu diganti dengan catatan yang baru.
Diriwayatkan bahwa
Rasulullah bersabda “Bulan Sya’ban itu bulan yang biasa dilupakan orang, karena
letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadan. Ia adalah bulan diangkatnya
amal-amal oleh Tuhan. Aku menginginkan saat diangkat amalku aku dalam keadaan
sedang berpuasa (HR Nasa’I dari Usamah). Sehubungan dengan hal itu Imam Bukhari
dan Muslim meriwayatkan pengakuan Aisyah lam yakunin Nabiyi sha mim yashumu
aksara min sya’baana finnahu kaana yashumuhu kulluhu kaana yashumuhu illa
qalilan. Maksud Aisyah dalam periwayatan ini bahwa Nabi Muhammad SAW paling
banyak berpuasa pada bulan Sya’ban.
Lebih jauh dari
itu, pada malan Nisfu Sya’ban Allah SWT menurunkan berbagai kebaikan kepada
hambanya yang berbuat baik pada malam tersebut. Kebaikan-kebaikan itu berupa
syafaat (pertolongan), magfirah (ampunan), dan itqun min azab (pembebasan dari
siksaan). Oleh karena itu malam Nisfu Sya’ban diberi nama yang berbeda sesuai
dengan penekanan kebaikan yang dikandungnya.
Imam al-Gazali
mengistilahkan malam Nisfu Sya’ban sebagai malam Syafaat, karena menurutnya,
pada malam ke-13 dari bulan Sya’ban Allah SWT memberikan seperti tiga syafaat
kepada hambanya. Lalu pada malam ke-14, seluruh syafaat itu diberikan secara
penuh. Meskipun demikian ada beberapa gelintir orang yang tidak diperuntukkan pemberian
syafaat kepadanya. Orang-orang yang tidak diberi syafaat itu antara lain ialah
orang-orang yang berpaling dari agama Allah dan orang-orang yang tidak berhenti
berbuat keburukan.
Nisfu Sya’ban
dinamakan juga sebagai malam pengampunan atau malam magfirah, karena pada malam
itu Allah SWT menurunkan pengampunan kepada seluruh penduduk bumi, terutama
kepada hambanya yang saleh. Namun dalam pemberian ampunan itu dikecualikan bagi
orang-orang yang masih tetap pada perbuatannya mensyarikatkan Allah alias musyrik,
dan bagi mereka yang tetap berpaling dari Allah SWT. Nabi bersabda: ?Tatkala
datang malam Nisfu Sya’ban Allah memberikan ampunanNya kepada penghuni bumi,
kecuali bagi orang syirik (musyrik) dan berpaling dariNya (HR Ahmad).
Kecuali Enam
Golongan Ibn Ishak meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa pernah Rasulullah
memanggil isterinya, Aisyah dan memberitahukan tentang Nisfu Sya’ban. “Wahai
Humaira, apa yang engkau perbuat malam ini? Malam ini adalah malam di mana
Allah yang Maha Agung memberikan pembebasan dari api neraka bagi semua
hambanya, kecuali enam kelompok manusia”.
Kelompok yang
dimaksud Rasulullah yaitu, Pertama, kelompok manusia yang tidak berhenti minum
hamr atau para peminum minuman keras. Sebagaimana berulang kali dikemukakan
bahwa yang dimaksud dengan hamr adalah jenis minuman yang memabukkan, baik
jenis minuman yang dibuat secara tradisional mapun jenis minuman yang dibuat
secara modern. Istilah populernya adalah minuman keras atau miras. Yang disebut
pertama antara lain tuak atau ballok, baik ballok tala, ballok nipa, maupun
ballok ase. Sementara yang disebut kedua antara lain bir dan whyski. Termasuk
kategori sebagai orang yang tidak berhenti minum hamr ialah orang-orang
menyiapkan minuman tersebut atau para pembuat dan pengedarnya. Mereka ini tidak
mendapat pembebasan dari api neraka, tetapi malah diancam dengan siksaan api
neraka.
Kedua,
orang-orang yang mencerca orang tuanya. Termasuk kategori mencerca orang tua
ialah berbuat jahat terhadap orang tua yang dalam hal ini ibu bapak. Menurut
ajaran agama yang menyatakan syis saja kepada ibu atau bapak itu sudah termasuk
dosa. Membentak orang tua termasuk perbuatan yang sangat dilarang. Allah SWT di
samping menegaskan kepada manusia untuk tidak beribadah selainNya, maka kepada
kedua orangtua berbuat baiklah. Waqadha Rabbuka an La ta’buduu Illah Iyyahu wa
bilwalidaini ihsanan (al-Isra: 17:23). Perbutan kategori baik terhadap orang
tua antara lain bertutur kata kepada keduanya dengan perkataan yang mulia,
merendahkan diri kepada keduanya dengan penuh kasih sayang, dan kepada keduanya
didoakan; “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku di waktu kecil.”
Ketiga,
orang-orang yang membangun tempat zina. Tempat berzina dimaksud adalah tempat
pelacuran yang kini nama populernya tempat PSK (pekerja seks komersial).
Golongan atau kelompok orang yang seperti ini, pada malam Nisfu Sya’ban tidak
mendapat pembebasan dari api neraka, tetapi sebaliknya mereka dijanji dengan
siksaan dan azab.
Keempat, orang-orang atau para pedagang yang semena-mena
menaikkan harga barang dagangannya sehingga pembeli merasa dizalimi. Misalnya,
penjual bahan bakar minyak, termasuk minyak tanah. Harga dagangan jenis ini
sudah ada harga standar, tetapi kalau penjualnya menaikkan harganya secara
zalim, maka penjual yang demikian itulah yang tidak mendapat pembebasan dari
neraka.
Kelima, petugas
cukai yang tidak jujur. Termasuk kategori petugas cukai adalah para kolektor
pajak atau orang-orang yang menagih pajak dan retribusi. Misalnya petugas cukai
yang bertugas di pasar-pasar yang menerima uang atau cukai dari penjual dengan
bukti penerimaan dengan karcis. Salah satu bentu ketidakjujuran kalau uang
diterima tetapi tidak diserahkan bukti penerimaan (karcis).
Keenam, kelompok
orang-orang tukang fitnah. Orang-orang kelompok ini suka menyebarkan isu dan
pencitraan buruk yang sesungguhnya hanyalah sebuah fitnah. Keenam golongan
inilah yang disebut tidak mendapat fasilitas itqun minannar.
Atas dasar itu,
kiranya kita semua dapat menyadari bahwa sesungguhnya bulan Sya’ban merupakan
bulan persiapan untuk memasuki bulan suci Ramadan. Persiapan itu meliputi
persiapan mental dan persiapan fisik. Manusia atau umat hendaknya memasuki
bulan suci Ramadan sudah dalam keadaan iman yang mantap dan sudah dalam keadaan
mendapatkan syafaat, dan sudah dalam keadaan mendapat jaminan dan pembebasan
dari siksaan api neraka. Wallahu a’lam bissawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar